BERJABAT TANGAN DENGAN MALAIKAT DAN SETAN

Hidup bisa di-setting. Ingin gembira, ikhlas dan seriuslah dalam menjalankan sebuah peran, baik peran baik maupun jahat.
Manager, Coordinator, Engineer, Leader, Installer, TLH, Driver, Admin, Kasir, GA, Sekuriti hanyalah susunan huruf yang sangat mudah dihapus.

Thursday, 28 July 2011

Luasnya Sebuah Samudera Nikmat Allah

Sungguh sangat luas nikmat Allah. Sangat beragam, sangat majemuk, dan mustahil otak kita mengkalkulasinya. Bahkan, di dalam sebuah kejadian yang kata orang sial, nikmat Allah berjuta-juta di sana.
Saat SD, sering ustadz ngaji saya bilang, "Bayangkan jika kita harus membayar udara yang kita hirup, berapa triliun rupiah yang harus kita setor ke Allah". Emang bener sih. Dari udara tersebut kita bisa menemukan betapa Allah itu nyata dan Maha Pemurah. Kini, saat saya udah gede, keberagaman nikmat tetap tercurahkan tanpa henti dan tanpa batas. Betapa murahnya Allah yang telah mengijinkan tubuh saya kelelahan untuk mencari rizki-Nya. Betapa hebatnya Allah yang telah memberikan kekuatan pada otak saya sehingga meski stress seperti ini otak tersebut masih mampu berpikir waras. Wah, hebat dan gak medhit pokoknya.

Saat saya harus bertugas ke Denpasar yang nota bene adalah tempat tinggal saudara-saudara kami yang beragama Hindu, Allah ternyata masih mengucurkan nikmat-Nya. Ternyata nikmat Allah tidak sanggup dibatasi oleh agama, apalagi kalau yang membatasi hanya sebuah Selat Bali, pasti lewat.




Allah menunjukkan kemampuan seni-Nya melalui indahnya laut dan pantai Bali. Allah menunjukkan kekuatan-Nya melalui Gunung Agung dan Batur yang menjulang kokoh. Allah juga menunjukkan kesantunan-Nya dengan mengajarkan kebudayaan kelas wahid kepada penghuni Bali. Maha benar Allah dengan segala firman-Nya, "Kini nikmat mana lagi yang akan kau dustakan".

Atas semua keberkahan tersebut, seharusnya kita berpikir, kemana seharusnya berkah tersebut dialirkan. Layaknya sungai, berkah tersebut bebas mengalir kemana saja, yang penting dia menuju ke tempat yang lebih rendah. Dengan ilmu air, kita berhak sombong dalam bersyukur. Lho, kok sombong, bukannya sombong itu jelek? Benar, sombong itu jelek. Mungkin hanya di ilmu air adanya sombong yang baik. Saat bersyukur kita wajib mengaktifkan mode sombong alias yakin bahwa diri kita adalah hamba yang penuh kemampuan. Namun keyakinan lebih tersebut harus dijaga menggunakan Dam-Dam batin agar air tidak mengganas menjadi banjir. Bersemangatlah, dan yakinlah bahwa kita adalah orang yang pandai namun bukan untuk 'minteri', justru keyakinan pandai tersebut kita gunakan untuk menularkan ilmu 1+1=2 kepada anak2 yatim yang tidak mampu sekolah. Bersemangatlah, dan yakinlah bahwa kita adalah orang yang kaya namun bukan untuk pamer, justru kekayaan itu kita gunakan untuk berdagang dan membuka lapangan pekerjaan halal. Bersemangatlah, dan yakinlah bahwa kita adalah orang yang mempunyai kekuasaan namun bukan untuk menindas, justru kekuasaan itu kita gunakan sebagai modal kerja dalam melahirkan keputusan-keputusan brilian merealisasikan sifat2 Allah di kehidupan.

Selamat mencoba menjadi orang-orang yang sombong namun didoakan banyak orang.

No comments:

Post a Comment