BERJABAT TANGAN DENGAN MALAIKAT DAN SETAN

Hidup bisa di-setting. Ingin gembira, ikhlas dan seriuslah dalam menjalankan sebuah peran, baik peran baik maupun jahat.
Manager, Coordinator, Engineer, Leader, Installer, TLH, Driver, Admin, Kasir, GA, Sekuriti hanyalah susunan huruf yang sangat mudah dihapus.

Thursday 17 October 2013

Di Arif dan 'Vulgar' Pulau Dewata Juga Ada Gusti Allah

Sungguh, Maha Dahsyat Gusti Allah. Tak nutut encernya otak sekalipun utk mempelajari hidup utuh. Namun itulah Dahsyatnya Allah. Semakin buodoh kita maka semakin banyak bantuan-Nya. Semakin pelik kita melihat ini itu maka semakin picik pemahaman kita. Semakin rumit kita melihat suatu perkara maka akan semakin sulit bagi kita utk melihat cerahnya surya. Justru jika sederhana maka ini itu akan mudah dibaca. Memang, kerumitan pikir diperlukan utk mengamati beberapa bagian hidup. Namun pendapat saya pribadi, kerumitan pikir tidak diperlukan jika hanya utk memupuk fanatisme buta dalam mempertahankan kebenaran yg diyakini. Jika terlalu rumit maka adanya adalah pro kontra yg menjurus ke gontok-gontokan.


Contoh yg agak kurang anget, ehmm, seputar kontes ayu-ayuan wong wadon sak jagad yg dihelat di Bali. Byuhhhh, ruame yg setuju dan tentunya heboh buanget yg nolak. Bagi yg setuju, dengan segala hitungan matematis bisnis investasi dan pariwisata mereka berorasi bahwa acara ini baik bagi perekonomian negara. Bagi yang igit-igit ati, dengan segala kefasihan dalil naqli dan aqli berargumen bahwa ini adalah salah satu perusak citra dan pembuat ambrol moral bangsa. Wuih, seru... Masing2 sama kuat. Masing2 didukung bahan bakar pemikiran yg shahih. Untungnya, masing2 menggunakan logika sederhana dalam 'mengakali' pro kontra ini. "Ya wis, kalo ditolak di Jkt maka cari tempat yg gak ditolak aja deh, dan itu adalah Bali", begitu mungkin pikir sederhana Sang Panitia.

Lho kok Bali ya? Apakah gak bakal disegel acaranya?  Saya tidak akan membahasnya berdasarkan perspektif sosiologi, atau budaya, atau agama, atau sejarah. Saya mencoba menggali dari angin yg kami tabrak selama perjalanan 450-an kilometer Surabaya - Denpasar PP.

Sore itu kami bersiap seadanya. Badan agak capek, namun semangat tengah membara, toh di etape 1 ini kami hanya menempuh Surabaya - Paiton kemudian bermalam, so ringan insyaallah. 15:30 WIB kami mulai meluncur pelan, menyusuri jalanan padat khas A. Yani Surabaya, berhenti sebentar di SPBU Sidoarjo setelah fly over Buduran, isi BBM kuda besi, terus ke selatan merayap hingga Tanggulangin. Selepas itu 80 km/h bisa tercapai. Maksimum kami batasi segitu, maklum kami berboncengan dan membawa beban barang perlengkapan kerja agak berat. Yang penting aman. Meski banyak provokasi dari CB150R, Bison, Tiger, New Vixion, dkk yg menurut kami masih setara dg kami dan sanggup kami imbangi namun kami kalem aja. Mereka melesat cepat, mungkin sekitar 100 hingga 120 km/h. Mereka cepat menghilang sementara kami tetap bergerak stabil melahap rute yg kian ramai memasuki kawasan pabrik di sekitaran Gempol, maklum sdh jam 16:00WIB, biasanya jam segini adalah jam pergantian shift. CMIIW ya kawan.

"Allahu akbar... Allahu akbar...", sayup-sayup terdengar adzan menembus rapatnya helm. Tak terasa, meski motor merambat pelan namun tetap saja waktu merambat cepat. Tak terasa 2 jam kami telah meninggalkan Gempol. Meski melaju 2 jam, kami masih berada di sekitaran  Tongas, maklum, "pelan-pelan saja", kata Mbak Tantri Kotak. Saya arahkan motor menepi di sebuah SPBU yg cukup megah utk sekedar melepas sedikit penat dan merebahkan badan dalam sebuah formasi kepala, tangan, lutut, dan kaki sejajar di titik 0 tanah.

15 menit berlalu dan kami bergegas melanjutkan perjalanan. Kelemahan saya ada di mata, makin malam makin kurang awas plus ngantuk. Ingin rasanya segera tiba di Paiton. Standar saja CBR kilo demi kilo menyusuri Pasuruan - Probolinggo, hingga tepat pk 19:00 kami masuk Kraksaan dan menepi sekali lagi, kalo kali ini utk kuliner, maem "Mie Jombor" atau khas disebut Mie Remet. Warungnya di sebelah Alun-Alun Kraksaan, monggo dicoba. Murah meriah, Rp 9,000 utk 1 mangkuk mie plus 1 gelas teh hangat.

Masjid Jami' Kraksaan, seberang Mie Jombor

Tak lama setelah makan, kami bablas kembali, 20 km Kraksaan - Paiton kami tempuh 20 menit dan tibalah kami di Paiton berencana istirahat 1 malam di rumah kakak ipar. Setelah mandi dan sholat, kami menghabiskan malam hening khas kota kecamatan ala Paiton dg 'ngopi' di pinggir pembangkit. Just 1 hour dan kami pun kelelahan, bergegas balik dan terlelap.



Tepat pk 5:00 WIB, kami terbangun. Prepare badan dan motor 1 jam, maka tepat 6:00 WIB kami meluncur kembali menuju timur Pulau Jawa. Tetap saja saya lajukan motor dg perlahan, tak pernah lebih dr 90 km/jam. Utk mengganjal perut, kami hanya sarapan roti plus aqua yg kami beli saat kami masuk Kota Situbondo. Ada Alfamart Indomart bertebaran di sana, mengepung pasar tradisional yg juga masih banyak. Sengaja saya tdk sarapan nasi krn saya berharap bisa sarapan di Warung Mak Cerewet, 200m sebelum pintu masuk Pelabuhan Ketapang, kiri jalan jk dr arah Surabaya. Sengaja pula kami tidak banyak berhenti utk istirahat, tak pula jepret-jepret kamera, toh BBM jg masih buanyak, kami fokus menyusuri jalan agar bisa sarapan di Mak Cerewet. Catatan khusus utk CBR150R, "Kau irit sekali".

Alhamdulillah, 9:00 tepat kami tiba di Warung Mak Cerewet namun kami kecewa krn beliau libur. Pecel dan tempe gorengnya itu lho yg bikin sedih krn tdk bisa kami nikmati. Akhirnya kami sarapan di warung kecil persis di sebelah pintu masuk pelabuhan. Murah meriah, 20rb utk berdua sdh termasuk teh dan kopi utk kami. Di sini kami beristirahat agak lama, sekitar 1,5 jam. Krn warung ada pojok lesehan, kami meluruskan punggung di sana. Setelah kami rasa cukup, kami beranjak menuju kapal. Tiket masih Rp 14,000. Jk beruntung, bisa dapat kapal bagus, alias full music dangdut koplo hehehe...

Kapal Mengarungi Selat Bali

Mulai Bergerak

Bocah Koin di Pelabuhan Ketapang

Latar Belakang Ketapang, Gunung Ijen Menatap Garang Setiap Insan


Saat kami menyeberangi Selat Bali, baik di sisi Ketapang maupun di sisi Gilimanuk sedang dilaksanakan renovasi perluasan dan penambahan dermaga. Bila kami amati, memang sdh seharusnya dermaga diperluas agar jalur maritim nusantara, khususnya Jawa - Bali bisa semakin lancar, hitung2 turut mengamalkan cita2 bangsa menjadi poros maritim dunia. Tanpa ada perluasan, di saat non liburan alias low session, kami harus antri hingga 1 jam utk sandar di sisi Gilimanuk. Bayangkan saja, bagaimana jika masa liburan sekolah atau Lebaran? Lazim kita dengar, di 2 musim itu alur Selat Bali sering menyebabkan antrian puanjang di kedua sisi krn antrian sandar ini, belum lagi jika ada kendala alam berupa arus laut Selat Bali yg tengah tidak bersahabat yg memaksa syahbandar memberlakukan larangan berlayar. Lengkap sudah pasti antrian konsumen ASDP di jalur ini.

Ok, lanjut, kami pun mendarat di Bali Island. Selamat datang di Pulau Para Dewa. Kami disambut dg screening petugas Gilimanuk, cek KTP, SIM, STNK. Alhamdulillah aman.

Gilimanuk



Jarum jam sudah menunjukkan lewat tengah hari, matahari tergelincir dr titik tengah teriknya, 13:00 WITA. Kami meluncur deras memasuki Taman Nasional Bali Barat. Semilir angin pantai plus sejuknya rimbun dedaunan semakin menyemangati kami utk segera tiba di Denpasar. Pedesaan pesisir barat Jembrana, mulai Gilimanuk, Penelokan, Negara, hingga Pantai Soka, kami susuri cepat. Desa yg syahdu, pantai yg cantik, dibelah hingarnya kendaraan berat yg menyusuri lambat jalur nasional Jawa - Denpasar. Tetap saja, asap-asap hitam itu tdk bisa mengusir kesyahduan dan keindahan awal Sang Dewata. Allah ada di sini. Ya, meski mayoritas saudara-saudara kami di sini Hindu, namun saya yakin seyakin-yakinnya, Allah ada di sini. Ini bumi Allah. Tercermin, Allah yg Maha Indah telah memercikkan sedikit indah-Nya di sini. Istirahat sebentar di SPBU sambil menatap turun lurus ke buih putih memanjang, ombak bergemuruh indah. Maka, nikmat mana lagi yang harus kita sembunyikan?

Tepat 15:00 WITA kami mulai memasuki padatnya Tabanan hingga Denpasar. "Bus sudah digeser, masih saja padat jalur ini", saya bergumam kecil. Lupakan macet dan padat, toh itu sunnatullah atas bergeliatnya ekonomi. Karena sdh sangat lelah, kami bergerak perlahan dan menjelang senja kami tiba di hotel melati yg sdh masuk list kunjungan kami.

Hotel Kubu Alit, Murah dan Bersih, Plus AC, Plus Kamar Mandi Dalam

Isitirahat sejenak, mandi, lantas cabut lagi. Menyusuri tol baru era Pak Dahlan Iskan saat prepare KTT di Denpasar.





Subhanallah... Lagi-lagi di sini nampak jelas Illahi Robbi. Anda tau proses pembangunan tol ini? Sempat dicibir sbg proyek asal bapak senang dan proyek mimpi, ternyata proyek ini benar-benar menghasilkan produk tepat guna dan super bermanfaat, jauh meninggalkan saudara tua nya yaitu Jembatan Suramadu. Proyek tol ini menjelma menjadi Proyek Pemindahan Istana Ratu Bilqis masa kini. Huebatttt... Yaa Allah Yaa Rosyid, telah memercikkan sedikit Rosyid-Nya kepada hamba-hamba para pelaku proyek ini. Mata pelajaran P4 Bab Gotong Royong pun bergerak, mengalahkan sinisme, mengalahkan ketakberdayaan, membungkam manusia-manusia yg hanya berdemo dan berkalkulasi dalam gerakan NATO (Not Action, Talk Only). Ya, tol ini benar-benar menjadi jawaban atas carut-marutnya wajah lalu-lintas simpang Bandara Ngurah Rai. Bandara internasional ini jelas2 telah menjadi wakil wajah Indonesia. Tak salah jika di mata dunia, Indonesia sangat dekil dan semrawut. Untung, tepat sebelum KTT dihelat, tol ini sudah beroperasi, membuka simpul-simpul macet dan titik ini berubah menjadi wajah Indonesia yg cantik, seksi, dan tentu saja terhormat. Allah benar-benar ada di sini. Ya jelas ada donk, di bumi manapun, di ruang manapun, dan di waktu kapanpun, Allah pasti hadir krn itu semua adalah milik Allah. Maka, nikmat mana lagi yg harus kita dustakan?

Benar-benar Allah Maha Hebat, tak ada satu hijab pun yg sanggup menutupi kehebatannya. Keindahan pun ditanam oleh-Nya di bumi Hindu. "Jika sedang bekerja, yakinlah bhw kamu hidup 1000 tahun lagi", hadits populer itu pun wujud di Bali lewat Tol Ngurah Rai.

Soal gontok-gontok'an kontes putri, kembali Allah menunjukkan bhw sesungguhnya kita adalah khalifah yg harus welas dan menjadi rahmatal lil 'aalamin.. Dg pikiran rahmat, Bali siap menyelenggarakan. Kontroversi 'buka-buka'an' aurat yg tdk sesuai adat timur sudah seyogyanya diselesaikan dg arif dan indah, seindah perjalanan Surabaya-Denpasar. Buat saja aturan yg mengedepankan kepandaian otak, budi pekerti, dan kemampuan kerja keras sbg tolak ukur penilaian. Pariwisata selamat, kontes dihelat, tanpa maksiat. Bisa thoooooo????

No comments:

Post a Comment