BERJABAT TANGAN DENGAN MALAIKAT DAN SETAN

Hidup bisa di-setting. Ingin gembira, ikhlas dan seriuslah dalam menjalankan sebuah peran, baik peran baik maupun jahat.
Manager, Coordinator, Engineer, Leader, Installer, TLH, Driver, Admin, Kasir, GA, Sekuriti hanyalah susunan huruf yang sangat mudah dihapus.

Tuesday 15 July 2014

Orang Tua, Bukan Tua Orangnya

Berbagai pelajaran - pelajaran hidup, terutama tentang economic lesson, kian hari kian sering diberikan oleh Sang Mahaguru. Tampaknya kami hendak naik kelas. Amin.

Lesson dasar tentang Kartu Sehat ala Pak Jokowi
Hari ini kami diharuskan memeriksakan kesehatan sang buah hati. Biayanya 1/12 gaji saya selaku Bapak, Sang Sales CV. Keluarga. Istri saya selaku Ibu, Sang Manager Keuangan, sedikit resah dan galau, bingung hendak memasukkan biaya ini ke pos mana. Gaji bukanlah APBN yg setiap saat jika kuota jebol bisa disisipkan huruf 'p' di belakang lantas beres. Gaji adalah gaji, yg rutin silaturahmi di akhir bulan.

Lesson berikutnya adalah Kartu Pintar, lagi-lagi mencontek milik Pemprov DKI.
Meningkatnya kecerdasan buah hati menuntut kami mau tidak mau meningkatkan pula model dan pola pendidikan padanya. Tak lagi cukup hanya dg playgroup. Kini saatnya Kindergarten, ongkosnya pun sekarang bukan kelas jungkat-jungkit, udah agak mahal sekelas 'odong-odong'. Belum lagi bertambahnya umur buah hati maka bertambah pula level kesenangannya, bahkan bakat juga sudah mulai kelihatan. Gitar Bapak dimainkan meski sepintas terdengar hanya 'klethuk-klethu' saat senar dipetik. Bola sepak Bapak ditendang keras meski hanya bergulir saja hasilnya. Jari-jemari yg mungil mulai dipasang-pasangkan untuk mencoba mengetahui jumlah pisang dan apel yg disajikan bersebelahan.

Orang tua yang tak boleh tua orangnya, itu terjadi saat membentuk anak menjadi sebuah investasi bagi orang tua. Investasi abadi dunia akhirat tentunya tidak bisa hanya dengan menanamkan modal mulut kita saja. Tidak bisa sehari-hari hanya memamerkan ke tetangga bahwa anak kita hebat banget dalam menjawab jika ditanyai tantang cita-citanya. "Halo adik, jika besar mau jadi apa?", spontan buah hati menjawab, "Insinyur" atau "Dokter". Tidak cukup hanya berbangga dg jawaban itu. Investasi yg pasti menguntungkan dunia akhirat tentunya membutuhkan modal yg super banyak dan pasti berisi pengorbanan orang tua semua. Atas banyaknya modal dan kerasnya pengorbanan, maka orang tua tak boleh tua orangnya.

Investasi utama adalah pengorbanan orang tua mendampingi tumbuh kembang anak detik tiap detik. Kolaborasi Bapak dan Ibu sangat dibutuhkan. Saat Bapak turun ke sawah, maka Ibu yg menjalankan fungsi pendampingan. Sore hari tatkala Bapak tiba, gantian Bapak yg menjalankan fungsi itu sambil memberikan Sang Ibu waktu utk beristirahat. Lelahkah Bapak menjalankan fungsi itu setelah berjuang di sawah? Ya pasti lelah, ya tapi itulah pengorbanan demi investasi abadi yg pasti menguntungkan. Memberikan seluruh waktu utk menjalankan pendampingan ini kepada Ibu sangat tidak bagus. Figur Bapak hrs kuat tertancap pd buah hati agar dia tumbuh tegar spt Bapak. Soal lelah tentunya bisa disiasati. Toh saya yakin sang buah hati tidak akan mengajak mainan yg aneh-aneh. Toh juga tidak meminta pengajaran yg menggunakan integral. Paling-paling hanya, "Pak, ayo mainan mobil-mobilan", atau "Pak, bisa bantu mewarnai ini?". Sangat ringan namun berubah menjadi rutinitas yg membangkitkan emosi jika egois menjadi isi satu-satunya otak kita.

Investasi kedua adalah dana. Tapi sekali lagi, ini adalah investasi yg pasti menguntungkan. Investasi ini bukan bagian dr Cipaganti Grup, bukan pula spt asuransi Bakrie Life. Ini murni investasi kelas dewa yg pasti untung, bahkan keuntungannya bisa kita petik harian di hari pertama sejak investasi ini kita jalani. Berapa dana yg dibutuhkan? Ini pertanyaan yg relatif. Silahkan dihitung sendiri. Namun sekali lagi saya ulang statement di atas, "Adik mau jd dokter", jangan bangga atas jawaban itu. Justru menangislah sekeras-kerasnya jika kita masih terkungkung emosi dan kemalasan. "Adik mau jd dokter. Bapak kuat membantu adik agar bisa jd dokter?", itu adalah pertanyaan balasan dr buah hati. Silahkan dikalkulasi rupiah yg dibutuhkan start from elementary hingga kedokteran.

Menyerahkah kami dg sulitnya modal utk investasi ini? Kami tidak akan menyerah krn dg investasi ini kami yakin kami bisa melewati dunia akhirat dg status 'untung'. Kami tahu kami bukan orang kaya. Kami tahu kami bukan orang cerdas. Kami tahu kami bukan orang berpangkat. Namun kami alhamdulillah punya tangan, kaki, otak, dan hati. Semua sudah lebih dari cukup untuk mencari modal investasi model abadi ini. Urusan duniawi siap kami kejar dan urusan ukhrowi siap kami tingkatkan. Tulisan ini kami buat utk menggugah diri kami pribadi dan menggugah segenap sejawat-sejawat yg lain. Modal utk investasi tsb hanya 2 kata, yaitu jangan malas. Kita sudah mempunyai alat kerja yg super lengkap. Otak, hati, lidah, telinga, tangan, dan kaki sudah lebih dari cukup utk berburu modal utk investasi anak. So, jangan patah semangat, terus berjuang, terus berkarya, dan selalu runduk layaknya padi yg terisi emas dan tembaga. Jika sudah terpenuhi, yg terakhir jangan egois, selalu ingat bahwa kita berburu itu utk menjawab pertanyaan Sang Buah Hati, "Ayah siap membiayai Adik hingga S2 Kedokteran?".

Mari direnungkan dan dijalankan. Bismillah...








No comments:

Post a Comment